Kamis, 29 April 2021
Rancangan Tindakan Aksi Nyata, "MELALUI LITERASI DIGITAL PESERTA DIDIK AKAN MEMILIKI KEMAMPUAN LUAR BIASA UNTUK BERPIKIR."
Senin, 12 April 2021
Modul 3.1.a.8.1 - Koneksi Antar Materi "PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN."
Ki Hajar Dewantara mengajarkan tiga hal penting posisi guru sebagai pendidik, dari depan maka guru adalah seorang panutan yang akan diikuti oleh siswa, ditengah seorang guru harus dapat membangun untuk siswa mengkontruksi pemahamannya, dan dari belakang tugas guru adalah memberikan semangat dan dorongan untuk tumbuh kembang murid dalam mencapai kebahagiaannya.
Hal
ini memberikan garis merah yang jelas tentang bagaimana sebaiknya guru
mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pendidikan agar bisa menjadi
panutan, sebab apapun yang dilakukan guru sedikit banyak akan menjadi contoh
bagi murid. Seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang membangun
kekuatan murid dari dalam dalam kontek semangat belajar dan semangat meraih
kebahagiaan siswa, jangan sampai keputusan yang diambil melemahkan semanagt
tersebut. Dan seorang guru juga harus bisa mengambil keputusan yang mampu
memberikan dorongan agar murid melakukan sesuatu yang terarah untuk mencapai
kebhagiaan di masanya nanti.
Ketika
nilai-nilai ini sudah ada pada diri kita sebagai guru maka kehadiran kita bagi
murid akanlah sangat berarti, dan mungkin saja sangat diprlukan oleh
siswa. Nilai-nilai ini tentunya akan memberikan arah kepada kita
bagaimana mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan bisa memberikan suatu
rasa keadilan bagi siswa. Kita tidak bisa menjudge siswa berdasarkan kekeliruan
yang mereka buat tetapi dengan pemahaman ini justru kita bisa mengarahkan siswa
pada hal-hal yang akan membawa mereka kepada keselamatan dan kebahagiaan saat ini
dan dimsa yang akan datang.
Posisi
guru juga berfungsi sebagai coach atau pembimbing diamana seorang pembimbing
akan mengarahkan murid menemukan jati diri bimbingannya, menemukan apa potensi
terbaik yang mereka milik, membantu murid menemukan jawaban atas kebingungannya
dalam mengambil langkah-langkah yang harus diambil tentunya berdasarkan potensi
yang ada pada murid itu sendiri. Guru memberikan berbagai pertimbangan apakah
langkah yang akan diambilnya itu efektif atau tidak, bisa membahayakan dirinya
atau tidak, atau justru masih ragu atas apa yang akan mereka putuskan.
Pada
kenyataanya banyak sekali kasus yang sebenarnya memerlukan pemikiran lebih
mendalam dengan hati dan bukan hanya menggunakan logika saja, terkadang kita
dihadapkan pada persoalan yang mengharuskan kita memilih diantara dua keputusan
yang sama-sama benar tetapi harus memutuskan salah satunya, atau harus
menemukan jalan lain yang tidak mengorbankan keduanya. Terkadang keputusan itu harus mengorbankan etika dan ego
demi kemanusiaan. Keputusan seperti ini menuntut kerelaan dan pengorbanan.
Sebuah
keputusan tepat sangat penting bagi kita agar tidak menjadikan penyesalan atau
malah berdampak buruk pada orang lain. Memang dalam hal ini konsekwensi harus
dibelajarkan pada murid akan tetapi ada sisi lain yang tidak kalah penting dari
hanya sebuah hubungan sebab akibat. Keputusan-keputusan yang dipertimbangkan
dari sisi kemanusiaan tentunya akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif
aman dan nyaman kepada semua pihak. Tanpa kita sadari keadilan sering
menciptakan masalah baru bagi yang dikorbankan. Disinilah perlunya rasa dan
sosial emosional kita digunakan, empati memberikan cermin bagi kita untuk
merasakan perasaan orang lain. Hal ini sangat penting sebagai kontrol untuk
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Keadaan
seperti ini sangat sering terjadi pada lingkungan tempat kita sehari-hari
bergeliat. Dan tentunya ada masalah lain yang membuat kita terkadang merasa
kesulitan dalam menerapkannya, terkadang kita akan terbentur dengan ego banyak
orang yang mungkin menginginkan hal berbeda dari yang kita putuskan. Terutama
bagi yang belum memahami lebih jauh tentang pentingnya mempertimbangkan
berbagai sisi dalam setiap persoalan. Banyak orang kadang terlalu
memikirkan persaan sehingga melupakan etika moral atau malah aturannya.
Disinlilah kita perlu benar-benar menguji apakah nantinya keputusan yang kita
ambil sudah tepat atau belum.
Setiap
keputusan tentang murid sebaiknya diputuskan dengan selalu mengedepankan murid
sebagai acuan pembenarannya, terkadang kita sebagai guru mempunyai
kepentingan lain misalnya kesan baik terhadap atasan, atau misalnya kepentingan
nama baik lembaga. Tetapi jika keputusan itu ternyata mengorbankan kemerdekaan
murid hal ini justru akan bertentangan dari apa yang kita pelajari
tentang konsep merdeka belajar. Sekolah bukanlah tempat untuk menciptakan
kemasyuran, bukan tempat untuk berlomba-lomba, akan tetapi sekolah adalah
tempat untuk menempa karakter dan kepribadian siswa dan menempa ilmu pengetahuan
untuk bekal bagi anak-anak dalam mencapai masa depan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Setiap
guru adalah seorang pemimpin pembelajaran yang disadari atau tidak akan menjadi
panutan bagi murid dalam melangkah ke depan menuju kebahagiaan yang terjanjikan.
Sedari itu setiap guru hendaknya mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan
berdampak baik pada murid kedepannya, setiap keputusan harus memikirkan dampak
jangka pendek dan jangka panjang.