Rabu, 01 September 2021

MITOS SAAT MAKAN

 Mitos soal makanan banyak diyakini masyarakat Indonesia. Misalnya larangan makan di sudut meja hingga depan pintu karena disebut bakal berdampak buruk. Kenapa ya?

Meski belum terbukti dan tidak jelas asal-usulnya, tapi banyak mitos makan yang sudah dipercaya sejak dulu oleh orang Indonesia. Mitos-mitos ini muncul dan dipercayai banyak orang, terutama orang-orang tua yang hidup di jaman dulu.

Salah satunya adalah larangan makan di depan pintu yang dipercaya dapat membuat orang tersebut sult mendapatkan jodoh saat dewasa. Tak ketinggalan mitos makan di sudut meja yang bisa membuat hubungan dengan mertua memburuk.

1.Makan di depan Pintu



Menurut kepercayaan yang ada, makan di depan pintu juga cukup terkenal dan familiar hingga sekarang.

Sering disebut sebagai 'pamali', makan di depan pintu ini dipercaya dapat membuat orang jadi sulit mendapatkan jodoh atau pasangan di masa depan.

Meski tidak tahu dari mana hubungannya, tapi mitos makan di depan pintu masih sering diucapkan banyak orang tua sampai sekarang.

 

2. Makan Pakai Mangkuk



     Terdengar sepele namun ternyata makan dengan mangkuk juga ada mitosnya. Sebenarnya tidak ada yang salah makan dengan mangkuk, apalagi jika sedang menyantap makanan yang berkuah.

Tapi bagi sebagian orang-orang jaman dulu, mangkuk itu tidak boleh digunakan untuk makan. Fungsi mangkuk hanya digunakan untuk tempat menaruh sayur atau makanan berkuah lainnya.

Jika seseorang makan menggunakan mangkuk, konon akan ada saudara yang pergi atau bahkan meninggal dunia. Duh seram!

 

3. Membuang Sisa Makanan



Setiap tahunnya ada ribuan ton sampah makanan yang dibuang begitu saja di dunia. Sampah atau limbah makanan sudah menjadi masalah yang serius karena jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya.

Di  Bali sendiri ada mitos yang melarang orang membuang makanan sisa. Konon orang-orang yang membuang sisa makanan seperti nasi bisa ayamnya mati kelaparan.

Kemudian kebiasaan ini bisa membuat hubungan orang itu dengan keluarga jadi memburuk. Tentunya sisa makanan yang masih bisa dimakan, lebih baik disimpan untuk dimakan nanti atau dibagikan ke orang yang membutuhkan.

 

4. Makan di Sudut Meja



Orang-orang tua zaman dulu paling anti makan di sudut meja karena ada mitos makan yang membahas tentang hal ini. Menurut mitos yang ada, makan di sudut meja ini bisa membawa nasib sial. Hal ini terkait dengan memburuknya hubungan antara orang tersebut dengan mertuanya.

Selain itu ada juga mitos makan yang menyebutkan bahwa makan di sudut meja bisa membuat seseorang kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Nah terlepas dari betul atau tidaknya mitos ini, makan di sudut meja memang tidak disarankan. Terutama jika meja makan bentuk kotak, di mana setiap sudutnya cukup tajam dan sisinya runcing sehingga bisa membuat posisi makan tidak nyaman. Piring dan gelas pun bakal lebih mudah jatuh.

 

 

Kamis, 29 April 2021

Rancangan Tindakan Aksi Nyata, "MELALUI LITERASI DIGITAL PESERTA DIDIK AKAN MEMILIKI KEMAMPUAN LUAR BIASA UNTUK BERPIKIR."

Hai, sahabat guru hebat dimanapun kelian berada. Berjumpa kembali bersama saya I Gusti Putu Semadi Putra, S.Pd., CGP Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Dalamn postingan kali ini, penulis ini menyajikan suatu rancangan Aksi Nyata untuk Modul 3.2 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1. Untuk diketahui bagi setiap Calon Guru Penggerak, bahwasanya di setiap akhir Modul Program Pendidikan Guru Penggerak, Calon Guru Penggerak wajib menyusun suatu Tindakan Aksi Nyata, sebagi suatu bentuk implementasi pemahaman dari Modul-Modul yang dipelajari dalam Program Pendidikan Guru Penggerak, namun sebelum menyusun suatu Tindakan Aksi Nyata, mestinya menyusun suatu Rancangan Aksi Nyata, yang nantinya akan diimplementasikan pada saat melakukan Tindakan Aksi Nyata. Saat ini penulis ingin berbagi suatu Rancangan Aksi Nyata dari Modul 3.2 dimana dalam hal ini penulis ingin mengangkat sebuah topik, "MELALUI LITERASI DIGITAL PESERTA DIDIK AKAN MEMILIKI KEMAMPUAN LUAR BIASA UNTUK BERPIKIR." Besar harapan penulis, rekan-rekan pembaca berkenan memberikan kritik dan sarannya, demi penyempurnaan tulisan-tulisan berikutnya. Terimalasih.

Senin, 12 April 2021

Modul 3.1.a.8.1 - Koneksi Antar Materi "PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN."



Ki Hajar Dewantara mengajarkan tiga  hal penting posisi guru sebagai pendidik, dari depan maka guru adalah seorang panutan yang akan diikuti oleh siswa, ditengah seorang guru harus dapat membangun untuk siswa mengkontruksi pemahamannya, dan dari belakang tugas guru adalah memberikan semangat dan dorongan untuk tumbuh kembang murid dalam mencapai kebahagiaannya. 

Hal ini memberikan garis merah yang jelas tentang bagaimana sebaiknya guru mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pendidikan agar bisa menjadi panutan, sebab apapun yang dilakukan guru sedikit banyak akan menjadi contoh bagi murid. Seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang membangun kekuatan murid dari dalam dalam kontek semangat belajar dan semangat meraih kebahagiaan siswa, jangan sampai keputusan yang diambil melemahkan semanagt tersebut. Dan seorang guru juga harus bisa mengambil keputusan yang mampu memberikan dorongan agar murid melakukan sesuatu yang terarah untuk mencapai kebhagiaan di masanya nanti.

Ketika nilai-nilai ini sudah ada pada diri kita sebagai guru maka kehadiran kita bagi murid akanlah sangat berarti, dan mungkin saja sangat diprlukan oleh siswa.  Nilai-nilai ini tentunya akan memberikan arah kepada kita bagaimana mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan bisa memberikan suatu rasa keadilan bagi siswa. Kita tidak bisa menjudge siswa berdasarkan kekeliruan yang mereka buat tetapi dengan pemahaman ini justru kita bisa mengarahkan siswa pada hal-hal yang akan membawa mereka kepada keselamatan dan kebahagiaan saat ini dan dimsa yang akan datang.

Posisi guru juga berfungsi sebagai coach atau pembimbing diamana seorang pembimbing akan mengarahkan murid menemukan jati diri bimbingannya, menemukan apa potensi terbaik yang mereka milik, membantu murid menemukan jawaban atas kebingungannya dalam mengambil langkah-langkah yang harus diambil tentunya berdasarkan potensi yang ada pada murid itu sendiri. Guru memberikan berbagai pertimbangan apakah langkah yang akan diambilnya itu efektif atau tidak, bisa membahayakan dirinya atau tidak, atau justru masih ragu atas apa yang akan mereka putuskan. 

Pada kenyataanya banyak sekali kasus yang sebenarnya memerlukan pemikiran lebih mendalam dengan hati dan bukan hanya menggunakan logika saja, terkadang kita dihadapkan pada persoalan yang mengharuskan kita memilih diantara dua keputusan yang sama-sama benar tetapi harus memutuskan salah satunya, atau harus menemukan jalan lain yang tidak mengorbankan keduanya. Terkadang keputusan itu harus mengorbankan etika dan ego demi kemanusiaan. Keputusan seperti ini menuntut kerelaan dan pengorbanan.

Sebuah keputusan tepat sangat penting bagi kita agar tidak menjadikan penyesalan atau malah berdampak buruk pada orang lain. Memang dalam hal ini konsekwensi harus dibelajarkan pada murid akan tetapi ada sisi lain yang tidak kalah penting dari hanya sebuah hubungan sebab akibat. Keputusan-keputusan yang dipertimbangkan dari sisi kemanusiaan tentunya akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif aman dan nyaman kepada semua pihak. Tanpa kita sadari keadilan sering menciptakan masalah baru bagi yang dikorbankan. Disinilah perlunya rasa dan sosial emosional kita digunakan, empati memberikan cermin bagi kita untuk merasakan perasaan orang lain. Hal ini sangat penting sebagai kontrol untuk pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.



Keadaan seperti ini sangat sering terjadi pada lingkungan tempat kita sehari-hari bergeliat. Dan tentunya ada masalah lain yang membuat kita terkadang merasa kesulitan dalam menerapkannya, terkadang kita akan terbentur dengan ego banyak orang yang mungkin menginginkan hal berbeda dari yang kita putuskan. Terutama bagi yang belum memahami lebih jauh tentang pentingnya mempertimbangkan berbagai sisi dalam setiap persoalan.  Banyak orang kadang terlalu memikirkan persaan sehingga melupakan etika moral atau malah aturannya.  Disinlilah kita perlu benar-benar menguji apakah nantinya keputusan yang kita ambil sudah tepat atau belum.

Setiap keputusan tentang murid sebaiknya diputuskan dengan selalu mengedepankan murid sebagai acuan pembenarannya,  terkadang kita sebagai guru mempunyai kepentingan lain misalnya kesan baik terhadap atasan, atau misalnya kepentingan nama baik lembaga. Tetapi jika keputusan itu ternyata mengorbankan kemerdekaan murid hal ini justru akan  bertentangan dari apa yang kita pelajari tentang konsep merdeka belajar. Sekolah bukanlah tempat untuk menciptakan kemasyuran, bukan tempat untuk berlomba-lomba, akan tetapi sekolah adalah tempat untuk menempa karakter dan kepribadian siswa dan menempa ilmu pengetahuan untuk bekal bagi anak-anak dalam mencapai masa depan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Setiap guru adalah seorang pemimpin pembelajaran yang disadari atau tidak akan menjadi panutan bagi murid dalam melangkah ke depan menuju kebahagiaan yang terjanjikan. Sedari itu setiap guru hendaknya mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan berdampak baik pada murid kedepannya, setiap keputusan harus memikirkan dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Hikmah yang dapat kita ambil dari pembelajaran yang kita lalui ini adalah bahwasannya setiap keputusan yang kita ambil tentunya memiliki sisi baik-buruknya, baik terhadap diri kita, atau lingkungan kita. Akan tetapi ada sisi lain yang paling penting dari setiap apa yang akan kita putuskan sebagai pemimpin pembelajaran adalah bagaimana keputusan itu mampu memberikan tauladan murid kita, membangun semangat murid kedepannya dan memberi dorongan bagi murid dalam rangka mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya“Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso ,Tut Wuri Handayani 

Sabtu, 13 Maret 2021

KONSEP COACHING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

        Hai, sahabat guru penggerak di mana pun berada, kembali bersama saya I Gusti Putu Semadi Putra, S.Pd., CGP Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, ingin berbagi paparan terkait Modul 2.3, tentang Konsep Coaching dalam konteks Pendidikan.
        Sebagai seorang guru tentunya Anda sering menjumpai banyak kasus terkait murid. Kasus-kasus tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, respon cepat dari Anda sangat diperlukan. Dan untuk melakukan respon cepat itu, seorang guru harus melakukan coaching. Untuk memberikan bayangan tentang konsep coaching, simaklah video berikut ini : 


        Dalam sesi ini, penulis akan sharing paparan umum terkait coaching yang mencakup : 
 1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan     
 2. Komunikasi Yang Memberdayakan 
 3. TIRTA Sebagai Model Coaching. 

KONSEP COACHING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN 
      Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 
        Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. 
        Coaching, memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi. Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. 

PENGERTIAN COACHING 
        Dari sejumlah referensi didapat beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai : 
 • sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis,
   dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
   diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 
 • kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih
   kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003) 
        Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai: “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu: 
 1. Kemitraan. 
     Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu
     coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa
     memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee. 
 2. Memberdayakan.   
     Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi
     coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi
     coachee untuk menemukan jawabanjawaban sendiri atas permasalahannya. 
 3. Optimalisasi. 
     Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang
     didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

PERBEDAAN ANTARA COACHING, MENTORING DAN KONSELING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN 

DEFINISI MENTORING 
        Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru,
        pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk
        membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary
        (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal,
        memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk
        membuat perubahan. 
DEFINISI KONSELING 
        Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara
        konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta
        pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam
        Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian
        kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan
        dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. dari coaching. 

        Jika Anda memperhatikan definisi-definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini : 

        Terkait perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling, dapat disimak dalam video berikut ini : 


KOMUNIKASI YANG MEMBERDAYAKAN 
        Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan. 
        Unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan, terbagi menjadi empat, diantaranya : 
    1) Hubungan saling mempercayai. 
    2) Menggunakan data yang benar. 
    3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi. 
    4) Rencana tindak lanjut atau aksi. 

        Aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita ada empat, yaitu : 
    A. Komunikasi asertif 
    B. Pendengar aktif 
    C. Bertanya efektif 
    D. Umpan balik positif 

        Untuk lebih jelasnya tentang Komunikasi asertif, mari kita simak video berikut ini : 


        Untuk lebih jelasnya tentang Bertanya efektif, mari kita simak video berikut ini : 



TIRTA SEBAGAI MODEL COACHING. 
        Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan pembinaan. Hal ini penting mengingat tujuan pembinaan yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah. 
        TIRTA kepanjangan dari 
             T    :     Tujuan 
             I     :     Identifikasi 
             R    :     Rencana aksi 
            TA   :     Tanggung jawab 

        Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah udara, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. 
Untuk lebih memahami konsep coaching Model TIRTA, simaklah video berikut ini : 

Demikianlah paparan penulis mengenai Modul 2.3. Mohon masukan, kritik dan sarannya, demi perbaikan di postingan berikutnya..
Terimakasih.

Minggu, 07 Maret 2021

KONSEKSI ANTAR MATERI - PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL

Setelah mengikuti pembelajaran di modul 2.2, kini penulis telah menyelesaian pegugasan di modul 2.2.a.9, tentang KONEKSI ANTAR MATERI,yaitu membuat kesimpual dari paparan materi Pembelajaran Sosial-Emosional. Penulis kemas penugasan ini dalam bentuk vlog. Mari kita saksikan bersama : Demikianlah kesimpulan materi Pembelajaran Sosial-Emosional, sebagai bentuk penugasan Modul 2.2.a.9 - KONEKSI ANTAR MATERI. Mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun, juga kalau boleh tolong click subscribe, hidupkan lonceng, like dan share. Terimakasih.

KONEKSI ANTAR MATERI - PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL

Setelah menyelesaikan Modul 2.2.a.8 maka kini penulis harus menyelesaikan tugas Modul 2.2.a.9 tentang Koneksi Antar Materi, yaitu menyimpulkan materi Pembelajaran Sosial Emosional, sebelum nanti menyelesaikan tindakan AKSI NYATA dari Modul 2.2. Mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun. Juga kalau boleh meinta subscribe, hidupkan lonceng, like dan share. Terimakasih

Kamis, 04 Maret 2021

INTEGRASI PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL DALAM RPP BERDIFERENSIASI

INTEGRASI PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL DALAM RPP BERDIFERENSIASI Penugasan Modul 2.2.a.7 - Demonstrasi Konstektual Saya akan berbagi terkait Modul 2.2.a.7 - Demonstrasi Konstektual, terkait Pembelajaran Sosial-Emosial, dalam hal ini penulis akan berbagi tentang Integrasi Pembelajaran Sosial-Emosional dalam RPP Berdiferensiasi. Tugas : Menyusun teknik-teknik yang akan digunakan untuk mengembangkan kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh pada mata pelajaran yang diampu. Langkah-langkah kegiatan : 1. Tentukan kompetensi sosial - emosional berbasis kesadaran penuh yang akan dikembangkan dalam mata pelajaran yang diampu 2. Tentukan tekhnik pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi sosial- emosional yang dipilih pada no 1 dan sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diampu. 3. Tuliskan detil dari teknik pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tabel pemetaan dalam Ruang Kolaborasi. Sertakan lampiran/tautan yang diperlukan (topik diskusi, artikel, skenario, kasus, dll.) 4. Siapkan perangkat untuk mendokumentasikan kinerja murid pada saat teknik pembelajaran dilakukan. (Lembar refleksi diri, lembar observasi, daftar- periksa, dll) 5. Masukkan teknik pembelajaran tersebut dalam RPP mata pelajaran yang Anda ampu Kompetensi Sosial-Emosional : Kesadaran Diri Tekhnik Pembelajaran : Kegiatan Role Play Komunikasi Aktif Detail tekhnik Pembelajaran : A. Penjelasan apa yang dilakukan guru : 1. Guru meminta murid untuk mencari seorang teman 2. Guru meminta murid untuk mengamati binatang peliharaan yang ada di rumahnya, atau di rumah keluarga/kerabatnya. 3. Selanjutnya meminta murid memfoto binatang tersebut. 4. Lalu meminta murid mencatat ciri-ciri dari binatang tersebut. 5. Kemudian meminta murid untuk merangkaikan kata-kata tentang binatang tersebut dalam bentuk paragraf berbahasa Inggris. 6. Lalu guru meminta salah satu murid untuk bercerita tentang binatang yang diamati, sementara yang lain mendengarkan dengan seksama, dan jika ada yang kuran jelas agar ditanyakan. Setelah itu murid yang satunya bercerita, yang lainnya mendengarkan. B. Penjelasan apa yang dikatakan kepada murid : 1. Anak-anak, coba amati binatang peliharaan, ingat binatang peliharaan yang ada di rumah kalian, atau dirumah saudara/kerabat kalian. 2. Lalu dokumentasikan/foto binatang tersebut. 3. Selanjutnya dengan catatlah ciri-ciri bnatang tesebut. 4. Kemudian berbantuan kamus buatlah rangkaian kata yang menceritakan binatang tersebut dalam bentuk peragram berbahasa Inggris. 5. Setelah selesai, ceritakan dengan teman kalian apa yang kalian tulis, sedangkan teman yang lainnya simak dengan seksama paparan teman yang tadi, jika ada yang kurang jelas, silakan tanyakan. 6. Lakukan ini secara bergiliran. C. Penjelasan tentang tujuan. Tujuan dari Kegiatan Role Play Komunikasi Aktif adalah untuk menumbuhkembangkan keberanian diri murid bercerita dengan penuh kesadaran diri. Silakan cermati RPP-nya : Nah, demikianlah paparan terkait penugasan dari Modul 2.2.a.7 terkait Demonstrasi Kontekstual, tentang Pembelajaran Sosial-Emosional. Mohon kritik dan sarannya yang membangun. Terimakasih.